Main Article Content
Abstract
Kabupaten Lampung Barat yang merupakan wilayah tiga hulu sungai besar atau tiga Daerah Aliran Sungai (DAS) yaitu Way Besai, Way Semangka dan Way Musi haruslah terjaga dengan baik. Kerusakan vegetasi hutan menjadikan laju sidimen tidak terkendali dan pendangkalan dasar sungai yang berakibat rusaknya alur sungai serta terjadinya banjir di daerah hilir. Berkurangnya resapan menyebabkan meningkatnya limpasan air permukaan dan waktu konsentrasi air semakin pendek berakibat banjir bandang.
Curah hujan yang sangat tinggi berkisar antara 2.500 – 3.000 mm per tahun dan daerah yang berbukit serta kerusakan vegetasi pada daerah aliran sungai, yang mempermudah terjadinya longsor, alur sungai yang berkelok dengan kemiringan dasar sungai yang besar menyebabkan laju sidimentasi yang tinggi. Mitigasi terhadap kondisi ini harus segera dilakukan dengan cara-cara pengendalian banjir mulai dari bagian hulu yaitu dengan membangun tampungan-tampungan air untuk memperlambat waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir. Penghijauan di Daerah Aliran Sungai dan pembuatan waduk lapangan yang dapat merubah pola hidrograf banjir. Bangunan pengendali banjir yang sesuai dengan kondisi Kabupaten Lampung Barat yang berada di bagian hulu beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS) di Provinsi Lampung dan Provinsi Sumatera Selatan adalah bangunan air yang besifat bangunan konservasi berupa retention basin, detention basin dan retarding basin.
Hal ini sangat relevan dengan komitmen Kabupaten Lampung Barat sebagai kabupaten konservasi. Kegiatan yang bersifat konservasi harus segera direalisasi secara berkesinambungan sehingga memberikan banyak dampak menurunkan kejadian banjir dan kerusakan sungai, serta menambah ketersediaan air.